SODACAN – Walkman, pemutar kaset portabel legendaris yang sempat berjaya di era 1980-an hingga awal 2000-an, kini kembali menjadi tren di kalangan anak muda. Di tengah dominasi layanan streaming digital seperti Spotify, Apple Music, Soundcloud, YouTube Music, perangkat analog ini justru kembali mencuri perhatian sebagai simbol gaya hidup retro yang unik.
Walkman pertama kali diperkenalkan oleh Sony pada tahun 1979 sebagai pemutar musik portabel berbasis kaset pita. Dengan desain ringkas dan penggunaan headphone pribadi, Walkman merevolusi cara masyarakat menikmati musik secara pribadi. Meski sempat ditinggalkan karena munculnya pemutar digital dan smartphone, kini Walkman kembali digemari oleh generasi baru atau Generasi Z.
Tren ini mulai berkembang sejak awal 2020-an dan terus menunjukkan peningkatan hingga tahun 2025. Generasi Z dan milenial muda menjadi kelompok utama yang menghidupkan kembali perangkat ini. Mereka mencari alternatif dari kebiasaan mendengarkan musik secara instan dan digital, serta tertarik pada pengalaman mendengarkan musik secara lebih lambat, fokus, dan terkurasi.
Di Indonesia, tren ini mulai terlihat di berbagai kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Toko-toko kaset lawas kembali muncul dan ramai dikunjungi, sementara komunitas musik analog semakin aktif menyelenggarakan acara tukar-menukar kaset serta pameran perangkat audio vintage.
Melihat perkembangan ini, produsen seperti Sony merespons dengan menghadirkan model Walkman terbaru. Produk baru tersebut menggabungkan desain retro dengan teknologi modern, seperti konektivitas Bluetooth dan baterai isi ulang, namun tetap mempertahankan esensi klasik dari Walkman.
Media sosial juga berperan penting dalam menyebarkan tren ini. Banyak pengguna membagikan koleksi kaset mereka dan pengalaman menggunakan Walkman, menjadikannya bukan hanya alat pemutar musik, tetapi juga bagian dari identitas gaya hidup dan ekspresi diri.
Kembalinya Walkman menunjukkan adanya pergeseran minat anak muda terhadap pengalaman musik yang lebih personal dan tak tergantung pada algoritma digital. Dalam dunia yang serba cepat dan online, perangkat analog seperti Walkman justru menjadi simbol ketenangan dan kedalaman dalam menikmati musik.
Tidak semua Generasi Z memang minat dengan Walkman ini. Karena majunya teknologi dan adanya platform-platform untuk mendengarkan musik yang lebih mudah dan cepat, tentu beberapa Generasi Z lebih suka memanfaatkan teknologi yang sudah canggih dan cepat itu., terlebih lagi hampir semua memiliki gadget.