Yang Jadul Emang Sekeren Itu, Ya?

SODACAN – Siapa sangka tren dari masa lalu kini kembali jadi primadona? Gaya celana baggy, musik lawas, kamera analog, sampai kaset pita yang dulu sempat ditinggalkan, sekarang kembali meramaikan kehidupan generasi muda. Apa sebenarnya yang membuat tren jadul begitu diminati kembali? Emang sekeren itu, ya?

Fenomena ini ternyata bukan hal baru. Dalam dunia fashion, musik, maupun teknologi, tren sering kali berjalan dalam siklus. Setelah hilang selama beberapa dekade, tren tertentu bisa muncul kembali dengan tampilan yang lebih segar. Ini dikenal dengan istilah “rule of 20 years” sebuah teori yang menyatakan bahwa gaya lama cenderung akan kembali populer setelah dua dekade.

Misalnya, gaya tahun 2000-an atau bahkan 90-an kini kembali mendominasi lini busana anak muda. Celana cargo, crop top, kacamata kecil, hingga gaya rambut ala boyband klasik kini kembali terlihat di jalanan maupun media sosial. Yang menarik, banyak dari penggemar tren ini bahkan belum lahir saat tren itu pertama kali booming.

 

Lalu, apa yang bikin tren lama terasa baru dan menarik?

 

Salah satu jawabannya adalah nostalgia. Meski terdengar sederhana, nostalgia punya kekuatan emosional yang luar biasa. Ketika seseorang mendengarkan lagu lawas, melihat bentuk ponsel lipat, atau memakai jaket denim model lama, muncul perasaan nyaman, akrab, dan menyenangkan. Bahkan bagi generasi yang tidak hidup di era itu, kesan “retro” membawa aura unik yang membedakan dari arus tren kekinian.

Dari sisi psikologis, nostalgia bisa memberikan efek positif. Beberapa studi menunjukkan bahwa nostalgia dapat memperbaiki suasana hati, mengurangi kecemasan, hingga memperkuat rasa koneksi sosial. Tak heran jika banyak orang merasa lebih “nyaman” ketika kembali menyentuh hal-hal yang familiar dari masa lalu.

Media sosial seperti TikTok dan Instagram juga turut mendorong kebangkitan budaya lama. Tren audio lawas bisa tiba-tiba viral karena digunakan di konten kreator, sementara gaya fashion vintage jadi booming karena digunakan oleh para influencer. Kamera analog dan camcorder tahun 90-an kembali digunakan karena dianggap menghasilkan visual yang lebih “hangat” dan artistik dibandingkan kamera digital.

Dunia industri pun tak mau kalah. Banyak brand besar seperti Levi’s, Adidas, hingga Nike ikut memanfaatkan tren ini dengan merilis ulang produk legendaris dalam versi modern. Hasilnya? Produk-produk bernuansa jadul laris manis diburu pasar, baik oleh mereka yang ingin bernostalgia maupun mereka yang baru mengecap gaya “klasik”.

Fenomena ini menunjukkan bahwa tren lama bukan sekadar warisan masa lalu, tapi juga bagian dari siklus budaya yang terus hidup. Yang jadul, ternyata… emang sekeren itu!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *