SODACAN – Hai, Sippers! Di tengah gemerlap budaya pop dan tren global, pernahkah kalian mendengar tentang Garuda Wisnu Satria Muda (GWSM)? Kelompok seni tradisional asal Magelang ini berhasil mencuri perhatian dengan cara yang unik.
GWSM, yang berdiri sejak Agustus 2016 di Dusun Pakeron, Kelurahan Sumberarum, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang, merupakan hasil inisiatif para pemuda yang ingin melestarikan kesenian tradisional Indonesia. Mereka menggabungkan berbagai elemen seni seperti tari, musik gamelan, dan drama, dengan cerita-cerita epik dari pewayangan, seperti kisah perang Bharatayudha.
Melalui platform digital seperti YouTube dan TikTok, GWSM berhasil menjangkau audiens yang lebih luas. Channel YouTube mereka memiliki lebih dari 6 juta pelanggan, menampilkan berbagai pertunjukan yang menarik perhatian, khususnya dari kalangan anak-anak dan remaja perempuan. Fenomena ini menunjukkan bahwa seni tradisional masih memiliki tempat di hati generasi muda, asalkan disajikan dengan cara yang relevan dan menarik.
Namun, popularitas GWSM tidak lepas dari kritik. Sebagian netizen mencemooh mereka dengan sebutan “jamet” atau “kampungan”. Meski demikian, semangat GWSM dan para penggemarnya dalam melestarikan budaya patut diapresiasi. Mereka membuktikan bahwa mencintai budaya sendiri tidak harus selalu formal atau eksklusif. Melalui pertunjukan yang meriah dan penuh semangat, GWSM berhasil menjadikan seni tradisional sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari generasi muda.
Baca Juga: Tren #Berkain menjadi Warisan Kebanggan Perempuan Indonesia!

GWSM adalah contoh nyata bahwa pelestarian budaya dapat dilakukan dengan cara yang kreatif dan adaptif. Mereka tidak hanya menjaga warisan budaya, tetapi juga menghidupkannya kembali di tengah masyarakat modern. Jika bukan mereka yang memperkenalkan dan melestarikan budaya Indonesia, lalu siapa lagi?