Kenali Fenomena Pelari Kalcer, Kebutuhan atau FOMO Saja?

SODACAN – Hai Sippers, apakah pernah mendengar tentang Trail run, Night run, Base run, Progression run, hingga Marathon? Nah, itu merupakan ragam dari olahraga yang sangat basic yang sedang hype saat ini yaitu lari atau running. Belakangan ini, istilah pelari kalcer semakin populer di kalangan komunitas lari di Indonesia. Istilah ini merujuk pada pelari yang tidak hanya fokus pada performa lari, tetapi juga sangat memperhatikan penampilan dan perlengkapan mereka dari sepatu berteknologi tinggi hingga outfit yang stylish dan branded. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan, Apakah tren pelari kalcer ini benar-benar didorong oleh kebutuhan olahraga dan kebugaran, atau malah sekadar fenomena FOMO (Fear of Missing Out) yang dipicu oleh tekanan sosial dan konsumerisme?

 

Apa sih pelari kalcer itu? Pada umumnya lari tidak membutuhkan alat tambahan dalam melakukannya, lari juga dikenal dengan olahraga yang simpel hanya saja membutuhkan sepatu untuk mendukung aktivitas tersebut. Ternyata, terdapat sebuah istilah “kalcer” yang awal mulanya berasal dari kata “culture”. Kata “Kalcer” sendiri dapat diartikan sebagai budaya atau kebiasaan tertentu yang terbentuk di sebuah individu, kelompok, maupun komunitas dengan tujuan untuk menampilkan dirinya dalam versi terbaik (dalam artian segi fashion-nya ya Sippers)

 

Namun, maknanya berkembang menjadi sebuah subkultur yang menggabungkan olahraga lari dengan fashion dan gaya hidup urban. Mereka biasanya menggunakan perlengkapan lari terbaru dan mahal, seperti sepatu dengan teknologi karbon (plat carbon) yang bisa menghabiskan biaya jutaan rupiah, jam tangan pintar, pakaian berteknologi tinggi, hingga aksesoris lain yang mendukung penampilan dan performa saat berlari. Pelari kalcer juga sangat aktif di media sosial, mereka sering membagikan foto dan cerita tentang aktivitas lari mereka, outfit yang dipakai, serta pencapaian dalam berbagai event lari, baik di tingkat nasional maupun internasional. Aktivitas ini tidak hanya menjadi sarana untuk berbagi pengalaman, tetapi juga membangun identitas sosial dan eksistensi di komunitas lari atau mungkin menambah eksistensi sebagai identitas pribadinya.

 

Sebuah club running yang sedang berkumpul dengan fashion yang “kalcer”. (Source: pinterest.com)

Fenomena pelari kalcer mencerminkan kompleksitas kehidupan modern yang dipengaruhi oleh kebutuhan fisiologis dan sosial. Di satu sisi, perlengkapan canggih dan outfit modis memang dapat meningkatkan kenyamanan dan performa berlari, serta memotivasi seseorang untuk lebih rutin berolahraga. Banyak pelari kalcer yang mengadopsi pendekatan holistik terhadap kebugaran, termasuk nutrisi sehat dan latihan pendukung lainnya.

 

Namun, dengan adanya fenomena ini menunjukkan bahwa tren ini juga dipicu oleh konsumerisme dan tekanan sosial untuk selalu tampil “up-to-date” dan eksis di media sosial. Banyak pelari kalcer yang merasa terdorong untuk mengikuti event-event besar dan memamerkan outfit mahal mereka, sehingga olahraga lari yang seharusnya sederhana berubah menjadi aktivitas yang mahal dan penuh tekanan. Fenomena FOMO ini bisa menimbulkan kecemasan dan menggeser fokus dari tujuan utama berolahraga, yaitu menjaga kesehatan dan kebugaran.

 

Terlepas dari itu, selagi ngefomoin hal positif sih, why not? Yap! Tentu saja Sippers, pelari kalcer ini juga membawa dampak positif bagi komunitas lari dan masyarakat luas. Mereka menjadi inspirasi dan motivasi bagi banyak orang untuk mulai berlari dan menjalani gaya hidup sehat. Aktivitas mereka di media sosial meningkatkan kesadaran akan pentingnya olahraga, teknik lari yang benar, serta penggunaan perlengkapan yang tepat untuk menghindari cedera. Selain itu, partisipasi mereka dalam event-event lari membantu memperkuat komunitas dan seringkali mengadakan acara untuk mendukung kegiatan yang fun dengan berkolaborasi dengan UMKM lokal seperti coffee shop, juice shop, bahkan ada juga yang sampai mengadakan charity untuk membantu sesama manusia.

 

Baca Juga: Ini Dia Cara Agar Tubuh Tetap Sehat Meski Sedang Berpuasa!

 

Nah jadi Sippers, fenomena pelari kalcer adalah cerminan dari interaksi sosial yang dinamisl dan budaya modern yang menempatkan olahraga dalam konteks gaya hidup, identitas, dan konsumsi. Meski ada risiko terjebak dalam FOMO dan konsumerisme yang berlebihan, tren ini juga membawa banyak sisi positif dalam mempopulerkan olahraga lari dan meningkatkan kebugaran. Kuncinya adalah menjaga keseimbangan antara kebutuhan fisik dan sosial, sehingga lari tetap menjadi aktivitas yang menyenangkan dan sehat, bukan sekadar ajang pamer atau tekanan sosial.

 

Fenomena ini mengajak kita untuk refleksi, Apakah kita berlari untuk diri sendiri dan kesehatan, atau hanya mengikuti tren demi eksistensi di dunia maya? Menjadi pelari kalcer boleh saja, asalkan tidak kehilangan esensi utama dari olahraga itu sendiri. 

 

Jadi, apakah Sippers tertarik dengan lari kalcer? Jawab di kolom komentar ya!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top