SODACAN – Di era teknologi serba digital, ketika layar datar 4K dan layanan streaming seperti Netflix, Disney+, dan YouTube menjadi pilihan utama, kehadiran TV tabung dan kaset VHS terasa seperti peninggalan masa lalu. Namun belakangan ini, benda-benda retro tersebut justru kembali digemari dan dicari, bukan hanya oleh kolektor, tapi juga oleh generasi muda yang ingin merasakan nuansa visual dan pengalaman menonton yang berbeda.
TV tabung, yang dulu merajai ruang tamu pada dekade 80-an hingga awal 2000-an, kini dianggap sebagai barang langka yang bernilai seni. Banyak anak muda, khususnya generasi Z dan milenial, memburu TV tabung bekas sebagai bagian dari dekorasi rumah atau studio kreatif. Tampilan visual khas dari layar CRT (Cathode Ray Tube) dengan resolusi rendah dan efek lengkung di layar memberikan kesan estetik yang sulit ditiru oleh layar modern.
Sementara itu, kaset VHS (Video Home System) yang sempat dianggap usang dan ketinggalan zaman, kini mulai diburu kembali. Film-film klasik yang dirilis dalam format VHS, terutama rilisan terbatas atau edisi langka, bisa dijual dengan harga tinggi. Beberapa kolektor bahkan rela mengeluarkan jutaan rupiah untuk mendapatkan kaset VHS film favorit masa kecil mereka dalam kondisi baik dan lengkap dengan sampul aslinya.
Fenomena ini tak hanya terjadi di luar negeri. Di Indonesia, pasar loak, toko barang antik, dan platform jual beli online seperti Tokopedia, OLX, dan Facebook Marketplace menunjukkan peningkatan minat terhadap barang-barang elektronik vintage ini. Sebagian besar pembelinya mengaku ingin menghadirkan kembali suasana menonton zaman dulu—saat harus memutar kaset secara manual, menunggu rewinding selesai, atau melihat ‘semut’ di layar karena sinyal lemah.
Selain nostalgia, TV tabung juga mulai digunakan dalam dunia seni dan produksi video. Seniman visual dan pembuat film eksperimental memanfaatkan layar CRT untuk menciptakan efek visual “glitch”, noise, dan tampilan warna khas era 80-90an yang kini justru dianggap estetik. Bahkan ada komunitas yang secara khusus berbagi konten hasil rekaman dari VHS atau siaran analog untuk keperluan estetika dan arsip digital.
Kembalinya tren ini juga selaras dengan meningkatnya minat terhadap gaya hidup “slow living” dan “analog revival”. Banyak orang merasa lelah dengan kecepatan dan tuntutan dunia digital, sehingga mencari cara untuk kembali ke hal-hal yang lebih sederhana dan autentik—seperti menikmati film lama dari kaset VHS sambil duduk di depan TV tabung.
Jadi, jika Sippers masih punya TV tabung di gudang atau koleksi kaset VHS yang dulu tak sengaja disimpan, mungkin sekarang saat yang tepat untuk mengeluarkannya. Siapa tahu, benda-benda itu bukan hanya membawa kembali kenangan, tapi juga punya nilai yang makin tinggi di mata para penggemar retro.