SODACAN – Perhelatan sound system akbar terjadi pada 5-6 April 2025 di lapangan Desa Sumbersewu, Kecamatan Muncar, Banyuwangi. Sudah bukan hal yang baru, acara yang biasa dikenal dengan “Sound Horeg” ini sudah menjadi sebuah tradisi warga setempat, dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir. Tujuan dari acara ini untuk memperingati malam takbiran Idul Fitri. Namun pada tahun ini, parade baru dilaksanakan setelah perayaan Idul Fitri, sebagai bentuk penghormatan terhadap Hari Raya Nyepi yang jatuh bersamaan dengan Lebaran. Nah, apa sih yang bikin kontroversi? Pasti Sippers penasaran kan? Yuk simak penjelasannya!
Pada festival itu, kurang lebih 20 kelompok dari beragam wilayah di Jawa Timur berpartisipasi untuk meramaikan arak-arakan dengan mempertontonkan perangkat audio raksasa yang terpasang di kendaraan besar seperti Fuso dan Colt Diesel. Masing-masing kelompok berkompetisi untuk memamerkan sistem audio terbaik dengan intensitas suara yang mencengangkan, hingga 120 dB, yang mampu dijangkau telinga sampai radius 10 kilometer dari pusat kegiatan. Kolaborasi antara panitia, pemerintah desa, dan aparat keamanan membuat acara berlangsung aman, meskipun jumlah pengunjung melebihi perkiraan, mencapai ribuan orang dari berbagai penjuru Jawa Timur.
Tetapi intensitas bunyi yang sangat menggelegar juga menimbulkan perdebatan sebagian kelompok orang. Sejumlah penduduk di kawasan sekitar mengadukan guncangan yang terasa sampai ke tempat tinggal mereka, bahkan berpotensi merusak kaca atau atap. Namun ada juga sebagian lainnya menikmati dan menganggapnya sebagai hiburan khas yang merakyat.
Sebagai solusi, penyelenggara membatasi durasi acara hingga petang dan berkoordinasi dengan aparat keamanan setempat untuk memperkecil gangguan, termasuk menata arus kendaraan agar tidak terjadi kemacetan. Pengamanan dijadikan fokus utama dalam perhelatan ini. Polresta Banyuwangi mendatangkan anggotanya untuk mengawasi berlangsungnya Sound Horeg, menjamin keramaian tetap teratur dan tak ada kejadian yang tidak diinginkan.
